Perkembangan teknologi perangkat lunak tidak hanya ditandai oleh bahasa pemrograman baru, tetapi juga oleh perubahan paradigma dalam cara membangun dan mengelola aplikasi. Dari monolit besar di masa lalu hingga sistem terdistribusi yang ringan saat ini, arsitektur perangkat lunak telah berevolusi untuk menjawab tantangan skalabilitas, kinerja, dan kecepatan inovasi. Salah satu perjalanan paling signifikan adalah pergeseran dari pola Model-View-Controller (MVC) menuju arsitektur microservices di era cloud computing.
Pola MVC, yang diperkenalkan pada tahun 1970-an oleh Trygve Reenskaug, menjadi fondasi bagi banyak framework modern seperti Laravel, Spring, Django, dan Ruby on Rails. Konsep ini memisahkan logika aplikasi menjadi tiga komponen utama: Model untuk pengelolaan data, View untuk tampilan, dan Controller untuk logika bisnis. Pemisahan ini membuat pengembangan aplikasi lebih terstruktur, mudah diuji, dan efisien dalam skala kecil hingga menengah.
Namun, seiring meningkatnya kompleksitas aplikasi dan kebutuhan pengguna, pendekatan MVC tradisional mulai menghadapi keterbatasan. Aplikasi yang dibangun secara monolit sulit untuk diskalakan secara independen, memperlambat proses deployment dan menambah risiko ketika satu bagian sistem gagal. Dalam konteks inilah muncul arsitektur baru: microservices.
Microservices adalah pendekatan di mana aplikasi dipecah menjadi layanan-layanan kecil yang berdiri sendiri, masing-masing menjalankan fungsi spesifik dan berkomunikasi melalui API. Setiap layanan dapat dikembangkan, diuji, dan diperbarui secara independen tanpa mengganggu keseluruhan sistem. Hal ini sangat cocok dengan filosofi cloud computing yang menekankan skalabilitas horizontal, otomatisasi, dan efisiensi sumber daya.
Penelitian oleh Fowler dan Lewis (2014) menggambarkan microservices sebagai “evolusi alami” dari praktik DevOps dan continuous delivery, di mana pengembangan perangkat lunak tidak lagi berjalan dalam siklus besar, tetapi dalam iterasi cepat yang terdistribusi. Dengan memanfaatkan container seperti Docker dan sistem orkestrasi seperti Kubernetes, perusahaan kini dapat mengelola ratusan layanan mikro yang saling terhubung dalam lingkungan cloud secara otomatis.
Keunggulan utama microservices adalah skalabilitas dan fleksibilitas. Misalnya, jika modul pembayaran dalam aplikasi e-commerce memiliki lonjakan permintaan, hanya layanan tersebut yang perlu ditingkatkan kapasitasnya, bukan seluruh sistem. Selain itu, setiap tim pengembang dapat menggunakan bahasa pemrograman, framework, atau database yang berbeda, selama tetap mengikuti standar komunikasi antar layanan.
Meski demikian, transisi ke arsitektur microservices bukan tanpa tantangan. Kompleksitas sistem meningkat karena adanya kebutuhan untuk mengelola komunikasi antar layanan, keamanan data, dan monitoring performa. Menurut Newman (2019), penerapan microservices membutuhkan infrastruktur yang matang, termasuk pipeline DevOps, observability tools, dan strategi pengelolaan dependensi yang kuat.
Evolusi dari MVC ke microservices mencerminkan perubahan besar dalam dunia software engineering: dari pendekatan terpusat menuju sistem yang modular dan adaptif. Cloud computing menjadi katalis utama, menyediakan fondasi infrastruktur yang memungkinkan arsitektur ini berfungsi secara optimal. Kini, keberhasilan aplikasi tidak hanya ditentukan oleh keindahan kode, tetapi juga oleh kemampuan sistem untuk tumbuh dan beradaptasi seiring kebutuhan bisnis yang berubah cepat.
Arsitektur microservices mungkin bukan solusi universal, tetapi ia menawarkan paradigma baru untuk dunia yang semakin dinamis dan berbasis data. Ia melambangkan prinsip dasar rekayasa modern: membangun sistem yang bukan hanya kuat, tetapi juga lentur dan siap beradaptasi di masa depan.
Referensi
- Fowler, M., & Lewis, J. (2014). Microservices: A Definition of This New Architectural Term. martinfowler.com.
- Newman, S. (2019). Building Microservices: Designing Fine-Grained Systems. O’Reilly Media.
- Reenskaug, T. (1979). Models–Views–Controllers. Xerox PARC Technical Report.
- Dragoni, N., et al. (2017). Microservices: Yesterday, Today, and Tomorrow. Present and Ulterior Software Engineering, 195–216. Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-67425-4_12
- Pahl, C., Brogi, A., Soldani, J., & Jamshidi, P. (2019). Cloud Microservices: Architecture, Composition and Challenges. IEEE Cloud Computing, 6(5), 36–45. https://doi.org/10.1109/MCC.2019.2932787